Salah satunya adalah jenggot dan cadar,
dengan tambahan celana cingkrang dan jidat hitam. Tidak hanya olok-olok,
keempat tanda itu bahkan disempitkan lagi menjadi ciri tak tertulis
bagi para pelaku teror. Artinya, para pelaku teror pasti tidak jauh-jauh
dari orang yang bercelana cingkrang, berjenggot lebat dan berjidat
hitam, serta istrinya memakai cadar penutup muka.
Itu semua terjadi berkat upaya gigih
dari media –dan tentu saja kelompok yang bermain di belakangnya,
sehingga masyarakat awam pun banyak yang tersugesti dengannya. Dan
sayangnya, tidak sedikit pula orang-orang yang dianggap sebagai tokoh
agama kemudian latah dan ikut-ikutan tersugesti.
Musa, dan Keluarga Dengan “Ciri Teroris”
Kemunculan Musa sejak dua tahun lalu di
salah satu stasiun televisi nasional, kemudian membuka banyak mata
manusia. Musa, yang kala itu masih berusia 5,5 tahun, telah hafal hampir
satu Mushaf Al-Quran.
Prestasi Musa kemudian meningkat ke
skala lebih luas tatkala ia mengikuti Musabaqah Hifdzil Quran di Arab
Saudi pada pertengahan 2014 lalu. Musa mendapat nilai 90,83, bukan
prestasi yang main-main tentunya. Dan baru beberapa hari lalu, Musa
mengikuti Musabaqah Hifzil Quran di Mesir. Musa, bahkan mendapat nilai
91,17. Nama Indonesia terangkat di mata dunia berkat Musa si hafidz
cilik.
Banyak kalangan, baik masyarakat awam,
pejabat, bahkan presiden di negeri ini memberikan pujian untuk Musa.
Tentu saja pujian tersebut juga dialamatkan kepada keluarga Musa.
Dan setelah kemunculan Musa, mau tidak
mau keluarganya juga kemudian menjadi dikenal oleh masyarakat luas.
Banyak yang bertanya tentang bagaimana resep dan cara agar anak-anak
mereka bisa seperti Musa.
Muncullah ayah Musa di depan kamera.
Ayah Musa, dengan celana cingkrang, jenggot dan jidat hitam menyampaikan
kegiatan Musa sehari-hari. Kemudian muncul pula gambar ibunda Musa,
lengkap dengan gamis hitam dan cadarnya, yang ikut menjelaskan resep
rahasianya.
Meluruskan Pandangan
Secara tidak langsung, Musa dan keluarga
dengan ciri dan simbol “teroris” yang dipaksakan, justru membuat harum
nama Indonesia di mata dunia. Banyak negara dan tokoh negara lain yang
terpana, serta terpesona dengan kehebatan Musa. Indonesia berhutang
kepada Musa dan keluarganya.
Dari sini, semoga bisa menjadi pelajaran
bagi masyarakat kita, bahwa tak ada hubungan resmi antara kegiatan
terorisme dengan syiar ajaran agama Islam, entah itu jenggot, cadar
ataupun yang lainnya. Justru itulah ajaran yang disampaikan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena sesungguhnya Islam
adalah agama yang rahmatan lil alamin, yang melarang setiap perbuatan
terorisme dan ekstrimisme.
Semoga Musa, dan keluarganya, dengan
celana cingkrang dan cadar penutup wajah, dengan jenggot dan jidat
hitam, mampu meluruskan pandangan yang salah di mata masyarakat. Terima
kasih Adek Musa.
Source:Focus Islam
0 comments:
Post a Comment